Luar angkasa dan bumi, pasti jauh sekali ya perbedaannya. Tapi di sini saya tidak membahas perbedaan umum yang sudah ada di bayangan Anda.
Air Mendidih dengan Gelembung Besar
Di bumi jika kita merebus air, maka air itu akan mendidih, ya iya lah. Lalu bagaimana jika kita merebus air di luar angkasa? Menurut NASA, mempelajari cara cairan mendidih di luar angkasa dapat menghantarkan pada sistem pendinginan efisien untuk pesawat luar angkasa. Ujicoba pun dilakukan pada 1992 dan fisikawan memutuskan merebus air di luar angkasa. Akhirnya pada suatu saat hal tersebut bisa digunakan membangun pusat tenaga di stasiun luar angkasa yang menggunakan cahaya matahari untuk merebus cairan dan menghasilkan uap yang kemudian mengubah turbin agar menghasilkan listrik.
Api Membulat di Luar Angkasa
Di bumi, api tampak menjilat-jilat. Hal ini dikarenakan, makin dekat Anda dengan permukaan Bumi, makin banyak molekul udara akibat gravitasi planet yang menariknya. Namun, di luar angkasa, api akan membulat, karena atmosfer makin tipis ketika bergerak secara vertikal dan secara perlahan tekanan makin turun. Kalau tidak salah hal ini juga disebabkan karena tekanan dan suhu yang ada di sekitar api, namun saya tidak bisa menjelaskannya.
Bakteri Tumbuh Semakin Berbahaya di Luar Angkasa
Eksperimen 30 tahun menemukan pertumbuhan koloni bakteri makin cepat di luar angkasa. Misalnya, Astro-E.coli, bakteri ini tumbuh 2 kali lebih cepat dan sangat mematikan dibanding saat di bumi lhoh. Pengamatan juga dilakukan pada pertumbuhan salmonella di pesawat luar angkasa Atlantis pada 2007 menunjukkan lingkungan luar angkasa mampu mengubah ekspresi 167 gen bakteri. Perubahan genetik ini membuat salmonella 3 kali lebih berbahaya dibanding bakteri sama yang tumbuh di bumi.
Dugaan sementara adalah bakteri butuh ruang untuk tumbuh, di bumi mereka cenderung menggumpal di bawah perabot makan. Menurut ilmuwan, perubahan ekspresi gen salmonella ini merupakan hasil respon tekanan pada Protein Hfq. Protein tersebut berperan mengontrol ekspresi gen. Di Sciencedaily dijelaskan gravitasi mikro menekan secara mekanik pada sel bakteri dengan mengubah cara cairan bergerak ke permukaan. Hfq merespon dengan masuk ke dalam 'mode bertahan' dan membuat sel makin jahat. Hmm, mengerikan.
Di Luar Angkasa Tidak Bisa Bersendawa
Karena tanpa gravitasi, gelembung yang naik dari minuman berkarbonasi di luar angkasa pun tidak terjadi. Artinya, gelembung karbon dioksida akan stagnan dalam soda dan bir, bahkan di perut astronot. Jadi, astronot tak akan bisa bersendawa. Coba saja kalau mau.
Mawar yang Sama, Tapi Bau Berbeda
Minyak volatil yang dihasilkan tanaman sangat kuat dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan usia bunga. Namun ternyata gravitasi 0 juga mempengaruhi, sehingga aroma yang ditimbulkan pun berbeda. Hal ini dimanfaatkan perusahaan dari Jepang, Shiseido untuk menjual parfum dari mawar yang dibawa pesawat Discovery tahun 1998 yang telah dianalisa dan direplikasi.
Berkeringat Lebih Banyak di Luar Angkasa
Hal ini dipengaruhi oleh konveksi alam yang juga mempengaruhi terbentuknya api yang membulat seperti yang saya paparkan di atas. Hasilnya tubuh secara konstan berkeringat untuk mendinginkan diri. Anehnya, aliran stabil keringat ini tak menetes atau menguap melainkan menumpuk di tubuh.
Yap, itulah beberapa hal yang belum banyak diketahui orang tentang perbedaan di luar angkasa dan di bumi. Artikel ini bukan 100% pengetahuan saya, bisa dilihat sumbernya.
Air Mendidih dengan Gelembung Besar
Di bumi jika kita merebus air, maka air itu akan mendidih, ya iya lah. Lalu bagaimana jika kita merebus air di luar angkasa? Menurut NASA, mempelajari cara cairan mendidih di luar angkasa dapat menghantarkan pada sistem pendinginan efisien untuk pesawat luar angkasa. Ujicoba pun dilakukan pada 1992 dan fisikawan memutuskan merebus air di luar angkasa. Akhirnya pada suatu saat hal tersebut bisa digunakan membangun pusat tenaga di stasiun luar angkasa yang menggunakan cahaya matahari untuk merebus cairan dan menghasilkan uap yang kemudian mengubah turbin agar menghasilkan listrik.
Api Membulat di Luar Angkasa
Di bumi, api tampak menjilat-jilat. Hal ini dikarenakan, makin dekat Anda dengan permukaan Bumi, makin banyak molekul udara akibat gravitasi planet yang menariknya. Namun, di luar angkasa, api akan membulat, karena atmosfer makin tipis ketika bergerak secara vertikal dan secara perlahan tekanan makin turun. Kalau tidak salah hal ini juga disebabkan karena tekanan dan suhu yang ada di sekitar api, namun saya tidak bisa menjelaskannya.
Bakteri Tumbuh Semakin Berbahaya di Luar Angkasa
Eksperimen 30 tahun menemukan pertumbuhan koloni bakteri makin cepat di luar angkasa. Misalnya, Astro-E.coli, bakteri ini tumbuh 2 kali lebih cepat dan sangat mematikan dibanding saat di bumi lhoh. Pengamatan juga dilakukan pada pertumbuhan salmonella di pesawat luar angkasa Atlantis pada 2007 menunjukkan lingkungan luar angkasa mampu mengubah ekspresi 167 gen bakteri. Perubahan genetik ini membuat salmonella 3 kali lebih berbahaya dibanding bakteri sama yang tumbuh di bumi.
Dugaan sementara adalah bakteri butuh ruang untuk tumbuh, di bumi mereka cenderung menggumpal di bawah perabot makan. Menurut ilmuwan, perubahan ekspresi gen salmonella ini merupakan hasil respon tekanan pada Protein Hfq. Protein tersebut berperan mengontrol ekspresi gen. Di Sciencedaily dijelaskan gravitasi mikro menekan secara mekanik pada sel bakteri dengan mengubah cara cairan bergerak ke permukaan. Hfq merespon dengan masuk ke dalam 'mode bertahan' dan membuat sel makin jahat. Hmm, mengerikan.
Di Luar Angkasa Tidak Bisa Bersendawa
Karena tanpa gravitasi, gelembung yang naik dari minuman berkarbonasi di luar angkasa pun tidak terjadi. Artinya, gelembung karbon dioksida akan stagnan dalam soda dan bir, bahkan di perut astronot. Jadi, astronot tak akan bisa bersendawa. Coba saja kalau mau.
Mawar yang Sama, Tapi Bau Berbeda
Minyak volatil yang dihasilkan tanaman sangat kuat dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan usia bunga. Namun ternyata gravitasi 0 juga mempengaruhi, sehingga aroma yang ditimbulkan pun berbeda. Hal ini dimanfaatkan perusahaan dari Jepang, Shiseido untuk menjual parfum dari mawar yang dibawa pesawat Discovery tahun 1998 yang telah dianalisa dan direplikasi.
Berkeringat Lebih Banyak di Luar Angkasa
Hal ini dipengaruhi oleh konveksi alam yang juga mempengaruhi terbentuknya api yang membulat seperti yang saya paparkan di atas. Hasilnya tubuh secara konstan berkeringat untuk mendinginkan diri. Anehnya, aliran stabil keringat ini tak menetes atau menguap melainkan menumpuk di tubuh.
Yap, itulah beberapa hal yang belum banyak diketahui orang tentang perbedaan di luar angkasa dan di bumi. Artikel ini bukan 100% pengetahuan saya, bisa dilihat sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar